ASKEP TUMOR OTAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR OTAK

A.KONSEP PENYAKIT
1.Pengertian
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.

2. Etiologi
a. Riwayat trauma kepala
b. Faktor genetik
c. Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
d. Virus tertentu

3. Patofisiologi
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).

4. Klasifikasi
a. Berdasarkan jenis tumor
1) Jinak
- Acoustic neuroma
- Meningioma
- Pituitary adenoma
- Astrocytoma (grade I)

2) Malignant
- Astrocytoma (grade 2,3,4)
- Oligodendroglioma
- Apendymoma

b. Berdasarkan lokasi
1) Tumor intradural
a) Ekstramedular
- Cleurofibroma
- Meningioma

b) Intramedular
- Apendymoma
- Astrocytoma
- Oligodendroglioma
- Hemangioblastoma

2) Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru–paru, ginjal dan lambung.

5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.

b. Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medula oblongata

c. Papiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.

b. Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.

c. Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.

d.Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.

e. Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.

f. Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).

g. Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.

h. Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.

i. Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.

j. Laboratorium:
1) Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
2) Fungsi endokrin

k. Radiografi:
1) CT scan.
2) Electroencephalogram
3) Rontgen paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.

b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.

c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.

3. Rencana Tindakan Keperawatan
- Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
Data penunjang: peruabahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.

Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda peningaktan TIK.

Intervensi & Rasional
1. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.

R/ Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.

2. Pantau tanda vital tiap 4 jam.

R/ Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilanagn autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.

3. Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.

R/ Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.

4. Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.

R/ Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan.

5. Bantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan/mengejan.

R/ Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK.

6. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.

R/ Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.


- Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.

Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.

Intervensi & Rasional
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.

R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.

R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.

3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.

R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.

4. Berikan kompres dingin pada kepala.

R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.


- Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.
Data penunjang: Klien dan keluarga meminta informasi, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku yang tidak tepat.

Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan, memulai perubahan perilaku yang tepat.

Intervensi & Rasional
1. Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui.

R/ Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan berkembnag ke arah proses penyembuhan.

2. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi.

R/ Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat mencegah berulangnya serangan.

3. Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal.

R/ Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan dapat menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti.

4. Diskusikan tentang obat dan efek sampingnya.

R/ Pasien mungkin menjadi sangat ketergantungan terhadap obat dan tidak mengenali bentuk terapi yang lain.

ASKEP KUSTA

ASKEP KUSTA

PENGERTIAN
Adalah penyakit infeksi kronis yg disebabkan oleh mycobacterium leprae, pertama kali menyerang saraf tepi, setelah itu menyerang kulit dan organ-organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat
ETIOLOGI
Mycobacterium Leprae yg ditemukan pertama kali oleh akmuer Hasen di norwegia
INSIDEN
  • Dapat terjadi pada semua umur, tapi jarang ditemukan pada bayi
  • Laki-laki lebih banyak dibanding wanita
  • Diperkirakan penderita didunia ± 10.596.000 dan di Indonesia ± 121.473 Orang (data th 1992)
PENULARAN
  • Cara penularannya belum diketahui dengan jelas
  • Tapi diduga menular melalui salura pernapasan (droplet infection)
  • Pendapat lain mengatakan bhw penularannya melalui kontak langsung, erat dan berlangsung lama
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit morbus hansen adalah Umur, Jenis kelamin, Ras,Genetik, Iklim, Lingkungan/sosio ekonomi, Kekekbalan –> (± 93 – 95 % kekebalan pada penyakit lepra)
GAMBARAN KLINIS
Dapat menyerang kulit, saraf, otot, ras, mata, jantung, testis
  • Pada kulit –> tdp makula yg hipopigmentasi yg kurang rasa/tidak rasa, kulit kering dan pecah-pecah, terjadi madarosis
  • Pada saraf –> Sensoris : hipestesi/anastesi  –> ulkus
  • Motoris : Paralisa otot, atropi otot dan kontraktur
  • Otonom : gangguan pengeluaran keringat
  • Penebalan saraf tepi
  • Testis –> orchitis
  • Mata –> Keratitis, iridosiklitis
Secara umum permukaan tubuh yang sering diserang adalah permukaan tubuh yang memiliki sushu yg rendah seperti : muka, telinga, hidung dan ekstremitas
Tanda-tanda khas pada makula adalah 5 A (anastesi, achromi,atropi,anhidrosis, alopesia)
KLASIFIKASI
Tujuan Kalsifikasi adalah:
  1. penentuan prognosis
  2. penentuan terapi
  3. penentuan kriteria bebas dari obat dan pengawasan
  4. mengantisipsi terjadinya reaksi
  5. penyeragaman secara internasional –> kepentingan epidemiologis
Beberapa klasifikasi MH antara lain
1. Klasifikasi InternASional Madrid (1953)
  • Lepromatous ( L)
  • Tuberculoid (T)
  • Indeterminate (I)
  • Borderline (B)
2. Klasifikasi Ridley Jopling (1962)
  • TT, BT, BB, BL, LL
3. Klasifikasi WHO (1981)
  • Paucibacillary : BI –> Negatif
  • Multibacillary –>  Positif
BACTERIOSKOPIS
Secara mikroskopis dapat ditemukan
  • Batang utuh (solid)
  • Batang terputus (fragmented)
BACTERIAL INDEKS (BI)
Uukuran semi kuantitatif kepadatan basil kusta dari sediaan kulit yang diperiksa. Yang dihitung adalah jumlah rata-rata dari basil hidup dan mati yang diambil dari beberapa tempat
Kegunaan BI adalah:
  1. Membantu menegakkan diagnosis
  2. Membantu menetukan klasifikasi atau membantu menentukan tipe kusta
  3. Membantu menilai berat ringannya daya infeksi pada kulit dan bukan untuk menentukan/ menilai hasil pengobatan tang efektif
MORPHOLOGIKAL INDEKS
Adalah merupakan prosentase basil kusta yang bentuk solid dibanding semua hasil yg dihitung
Kegunaan MI
  1. membantu kemajuan pengobatan/menilai efektifitas obat-obatan
  2. menentukan resistensi basil terhadap obat, serta dapat menular atau tidaknya kusta
TES LEPROMIN
Menentukan klasifikasi dan tipe kusta
Dikenal ada 2 macam lepromin yaitu:
  1. lepromin mitsuda H
  2. lepromin dharmendra
reaksi kulit thd pembacaan lepromin yaitu:
  1. reaksi dini (reaksi fernandes –> terbentuk infiltrasi eritematosa yang timbul 24-72 jam setelah penyuntikan. Pembacaan biasa dilakukan 48 jam setelah penyuntikan. Hasil dinyatakan (-) sampai positif 3 (+3)
  2. reaksi lambat (reaksi mitsuda) –> terbentuk nodular pada hari 21-30. reaksi ini menunjukkan respon thd imunitas sellular. Pembacaan dilakukan pada hari ke 21
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis penyakit kusta diperlukan tanda-tanda utama (cardinal sign) yaitu:
  1. bagian kulit dengan hipopigmentasi atau eritematous dengan kehilangan sebagian (hipestesi) atau seluruh (anastesi dari perasaan kulit thd rasa suhu, nyeri dan sentuh
  2. kerusakan (penebalan atau nyeri) dari saraf kutan atau saraf perifer pada tempat-tempat predileksi
  3. smear kulit yang diambil dengan tekhnik standar menunjukkan adanya kuman dengan morfologi M. Leparae yang khas
dibutuhkan minimal satu tanda cardinal untuk mendiagnosa penyakit Morbus Hansen
PENGOBATAN
Jenis-jenis obat kusta:
  • obat primer : dapsone, clofasimin, rifampisin, etionamide, prothionamide
  • obat sekunder: INH, streptomycine
Dosis menurut rekomendasi WHO
a. Kusta Paubacillary (tipe I, BT, TT)
  1. Dapsone : 1 x 100 mg tiap hari
  2. Rifampisin : 1 x 600 mg tiap bulan
Pengobatan harus diberikan 6 bulan berturut-turut atau 6 dosis dalam 9 bulan dan diawasi selam 2 tahun
b. Kusta Multibacillary (tipe BB, BL, LL)
  1. Dapsone : 1 x 100 mg tiap bulan
  2. Rifampisin : 1 x 600 mg tiap hari
  3. Clofazimine : 1 x 300 mg tiap bulan (hari pertama) kemudian dilajutkan dengan 1 x 50 mg/hari
Pengobatan 24 bulan berturut-turut dan diawasi ± 5 tahun
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
  • Riwayat kesehatan sebelumnya
  • Bentuk lesi
  • Adakah tanda-tanda infeksi
  • Adakah nyeri
  • Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama
  • Sudahkah pasien berobat untuk menyembuhkan lesi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. resiko terhadap penularan infeksi
  2. kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi, tindakan dan pencegahan
TUJUAN
  1. pencegahan penularan infeksi
  2. pengatahuan tentang penyakit dan tindakannya
INTERVENSI
1. Mencegah penularan infeksi
  • Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
  • Mengisolasi pasien bila memungkinkan
2. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit
  • Berikan penjelasan tentang penyakit yang dialami
  •  membutuhkan ketekunan dan kesabaranàJelaskan tentang pengobatan penyakit yitu dalam jangka waktu yang lama
EVALUASI
  1. menggunakan metode yang tepat untuk penyebaran infeksi
  2. mendapatkan pengetahuan tentang penyakitnya
Sumber

 


ASKEP LUKA BAKAR

ASKEP LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

Cedera yg disebabkan perbedaan suhu yg besar, maupun akibat reaksi fisika atau kimia yg melewati batas toleransi tubuh manusia

Etiologi
         Cairan panas ( uap panas, air panas, dll )
         Api atau benda panas ( panggangan, setrika )
         Bahan kimia ( tertelan atau mengenai kulit )
         Listrik
         Sinar matahari ( UV )
         Radiasi

Derajat luka baker
1.      Derajat I : sampai epidermis ( sengatan matahari )
q     Paling ringan, kerusakan pada lapisan kulit paling atas
q     Kemerahan, rasa sakit, bengkak
q     Penyembuhan 3 – 6 hari ( kulit mengelupas 1 – 2 hari )

2. Derajat II : Sampai dermis ( air panas, api )
q     Gelembung air ( blisters ), sakit sekali, kemerahan
q     Penyembuhan tergantung pada kerusakan kulit ( 2 – 3 minggu

3. Derajat III : Sampai sub kutis ( api, kontak lama dg cairan panas, listrik )
q     Sangat serius, mengenai seluruh lapisan kulit
q     Kulit kering, putih, coklat, pucat.
q     sedikit rasa sakit, bahkan tidak ada rasa sakit.
q     proses penyembuhan kadang memerlukan skin graft.
4. Derajat IV : Semua lap kulit, pemb darah, saraf, otot, tulang (listrik )
q     Tanda kematian jaringan, infeksi.
q     Luka hitam, tampak jar tulang
q     debridement, skin graft, amputasi.

Luas Luka Bakar
1.      Rule of Nine ( Wallace ) Dewasa :
q     Kepala dan leher : 9%
q     Dada depan dan belakang : 18%
q     Abdomen depan dan belakang : 18%
q     Tangan kanan dan kiri : 18%
q     Paha kanan dan kiri : 18%
q     Kaki kanan dan kiri : 18%
q     Genital : 1%
Anak
q     Kepala dan leher : 18%
q     Dada depan dan belakang : 18%
q     Abdomen depan dan belakang : 18%
q     Tangan kanan dan kiri : 18%
q     Paha kanan dan kiri : 13.5%
q     Kaki kanan dan kiri : 13.5%
q     Genital : 1%


2.      Diagram Lund & Browder


Klasifikasi Berat Luka Bakar Berdasarkan Berat & Ringanya  ( Yoseph A Moylan )
  1. Luka Bakar Ringan ( Minor Burn )
Ø      Luka bakar derajat I
Ø      Luka bakar derajat II < 15 %
Ø      Luka bakar derajat III < 2 %         
Ø      Anak & Usia lanjut < 10 %
  1. Luka Bakar Sedang ( Moderate Burn )
Ø      Luka bakar derajat II > 15 %
Ø      Luka bakar derajat II dalam 15 – 30 %
Ø      Luka bakar derajat III, 10 % kecuali muka, telinga, tangan, kaki, & genitalia
Ø      Anak & Usia Lanjut : 10 – 20 %

  1. Luka Bakar Kritis ( Critical Burn )
Ø      Luka bakar derajat II > 30 %
Ø      Luka bakar derajat III > 30 %
Ø      Luka bakar derajat III pada daerah rentan

Komplikasi Lanjut Luka Bakar
         Hypertropi jaringan.
         Kontraktur.

Berdasarkan perjalanan penyakitnya dibagi 3 fase
1.      Fase AKUT
            Gangg. Airway, breathing, circulation ( ABC ) segera setelah terbakar & obstruksi masih dapat terjadi 48 – 72 jam pasca trauma

2. Fase SUB AKUT
         Berlangsung setelah fase syok teratasi
         Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dg sumber panas
         Iflamasi, sepsis, kehilangan cairan

3. Fase Lanjut
         Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional
         Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.



Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
         Luka bakar grade II: Dewasa > 20%       Anak/orang tua > 15%
         Luka bakar grade III.
         Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll

Penatalaksanaan
1. Penanggulangan terhadap shock
2. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Baxter = Parkland yaitu :
q     24 jam I : Cairan Ringer Lactat : 2,5 – 4 cc/kg BB/% LB.
a. ½ bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam kecelakaan).
b. ½ bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.
q     24 jam II : disesuaikan dengan pemantauan lab.
§         Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 – 0,5 cc/kg/%).
3. Mengatasi gangguan pernafasan
4. Mengataasi infeksi
5. Eksisi  dan skin graft.
6. Pemberian nutrisi
7. Rahabilitasi
8. Penaggulangan terhadap gangguan psikologis.


Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosa medis
2. Pemeriksaan dignostik
q     Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila diperlukan), dan lain – lain.
q     Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
q     EKG
q      CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.         Pengkajian
a.  Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot,    perubahan tonus

b.   Sirkulasi:
            Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).


c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.

d.   Eliminasi:
            Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

e.  Makanan/cairan:
            Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.


f.   Neurosensori:
            Gejala: area batas; kesemutan.
            Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

g.           Nyeri/kenyamanan:
            Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri

h.   Pernafasan:
            Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
            Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
           

         Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan 1:
Tidak efektifnya pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas.
Tujuan :
         Oksigenasi jaringan adekuat
Kriteria Hasil:
         Tidak ada tanda-tanda sianosis
         Frekuensi nafas 12 - 24 x/mnt
         SP O2 > 95


Intervensi :
         kaji tanda-tanda distress nafas, bunyi, frekuensi, irama, kedalaman nafas.
         monitor tanda-tanda hypoxia(agitsi,takhipnea, stupor,sianosis)
         monitor hasil laboratorium, AGD, kadar oksihemoglobin, hasil oximetri nadi,
         Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan endotracheal tube atau tracheostomi tube bila diperlukan.
         kola bolarasi dengan tim medis untuk pemasangan ventilator bila diperlukan.
         kolaborasi dengan tim medis untuik pemberian inhalasi terapi bila diperlukan


Diagnosa Keperawatan 2:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar.
Tujuan :
         Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta perfusi organ vital tercapai
Kriteria Hasil:
         BP 100-140/60 –90 mmHg
         Produksi urine >30 ml/jam (minimal 1 ml/kg BB/jam)
         Ht 37-43 %
         Turgor elastis
         Mucosa lembab
         Akral hangat
         Rasa haus tidak ada


Intervensi :
         Berikan banyak minum kalau kondisi lambung memungkinkan baik secara langsung maupun melalui NGT
         Monitor dan catat intake, output (urine 0,5 – 1 cc/kg.bb/jam)
         Beri cairan infus yang mengandung elektrolit (pada 24 jam ke I), sesuai dengan rumus formula yang dipakai
         Monitor vital sign
         Monitor kadar Hb, Ht, elektrolit, minimal setiap 12 jam.


Diagnosa Keperawatan 3 :
Nyeri b.d kerusakan kulit dan tindakan pencucian .
Tujuan :
         Nyeri berkurang
Kriteria Hasil:
         Skala 1-2
         Expresi wajah tenang
         Nadi 60-100 x/mnt
         Klien tidak gelisah

Intervensi :
         Kaji rasa nyeri
         Atur posisi tidur senyaman mungkin
         Anjurkan klien untuk teknik relaksasi
         Lakukan prosedur pencucian luka dengan hati-hati
         Anjurkan klien untuk mengekspresikan rasa nyeri yang dirasakan
         Beri tahu klien tentang penyebab rasa sakit pada luka bakar
         Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik


Diagnosa Keperawatan 4:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolik(BMR)
Tujuan :
         Intake nutrisi adekuat dengan mempertahankan 85-90% BB
Kriteria Hasil:
         Intake kalori 1600 -2000 kkal
         Intake protein +- 40 gr /hari
         Makanan yang disajikan habis dimakan

Intervensi :
         kaji sejauh mana kurangnya nutrisi
         lakukan penimbangan berat badan klien setiap hari (bila mungkin)
         pertahankan keseimbangan intake dan output
         jelaskan kepada klien tentang pentingnya nutrisi sebagai penghasil kalori yang sangat dibutuhkan tubuh dalam kondisi luka bakar.
         Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian nutrisi parenteral
         Kolaborsi dengan tim ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang adekuat

Diagnosa Keperawatan 5:
Risti infeksi b.d kerusakan integritas kulit
Tujuan :
         Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil:
         Suhu 36 – 37 C
         BP 100-140/60 –90 mmHg
         Leukosit 5000 -10.000.ul
         Tidak ada kemerahan, pembengkakan, dan kelainan fungsi


Intervensi :
         Beritahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan
         Cuci tangan sebelum dan sesudah melekukan tindakan
         Gunakan sarung tangan steril, masker, penutup kepala dan tehnik aseptic selama dalam perawatan
         Kaji sampai dimana luas dan kedalaman luka klien, kalau memungkinkan beritahu klien tentang kondisinya
         Kaji tanda-tanda infeksi (dolor, kolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)
         Lakukan ganti balutan dengan tehnik steril, gunakan obat luka (topical)yang sesuai dengan kondisi luka dan sesuai dengan program medis
         Monitor vital sign
         Petahankan personal hygiene

Diagnosa Keperawatan 6:
Gangguan mobilisasi b.d keruskan jaringan dan kontraktur
Tujuan :
         Mobilitas fisik optimal
Kriteria Hasil:
         OS mampu melakukan ROM aktif
         Tidak ada tanda-tanda kontraktur daerah luka bakar
         Kebutuhan sehari-hari terpenuhiA

Intervensi :
         Kaji kemampuan ROM (Range Of Motion)
         Ajarkan dan anjurkan klien untuk berlatih menggerakan persendian pada eksteremitas secara bertahap.
         Beri support mental
         Kolaborasi dengan tim fisioterapi
         untuk program latihan selanjutnya

Diagnosa Keperawatan 7:
         Cemas/takut b.d hospitalisasi/prosedur isolasi
Tujuan :
         Rasa cemas/takut hilang dan klien dapat beradaptasi
Kriteria Hasil :
         Klien terlihat tenang
         Os mengerti tentang prosedur perawatan luka bakar


Diagnosa Keperawatan 8:
Gangguan body image b.d perubahan penampilan fisik
Tujuan :
         Gangguan body image
Kriteria Hasil:
         Daerah luka bakar dalam perbaikan
         OS dapat menerima kondisinya
         OS tenang

Intervensi :
         Kaji sejauh mana ras khawatir klien tentang akibat luka bakar
         Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
         Lakukan prosedur perawatan yang tepat sehingga tidak terjadi komlikasi berupa cacat fisik
         Beri support mental dan ajak keluarga dalam memberikan support

Diagnosa Keperawatan 9:
Kurang pengetahuan tentang kondisi luka bakar, prognosis dan perawatan luka bakar b.d kurangnya informasi
Tujuan :
         Klien mengetahui tentang kondisi luka bakar, prognosisi dan perawatan luka bakar
Kriteria Hasil :
         Klien terlihat tenang
         Klien mengerti tentang kondisinya
Intervensi :
         Kaji sejauh mana pengetahuan klien tentang kondisi, prognosis dan harapan masa depan
         Diskusikan harapan klien untuk kembali kerumah, bekerja dan kembali melakukan aktifitras secara normal
         Anjurkan klien untuk menentukan program latihan dan waktu untuk istirahat
         Beri kesempatan pada klien untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak diketahuinya

ISU PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN

ISU PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN

A.     ISU STRATEGIS
Ø      Derajat kesehatan telah meningkat, namun disparitasnya masih tinggi.
Ø      Beban ganda dalam bangkes.
Ø      Pemberdayaan masyarakat masih terbatas.
Ø      Lingkungan strategis kurang mendukung
Ø      Yankes yang merata, terjangkau dan berkualitas belum optimal
Ø      Sistem perencanaan & penganggaran masih belum optimal.
Ø      Standar & pedoman bangkes kurang memadai.
Ø      Dukungan depkes dalam pelaksanaan bangkes masih terbatas.

B.     MASYARAKAT YANG MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT
Suatu kondisi dimana masyarakat menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan oleh penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat

C.     MEMBUAT MASYARAKAT SEHAT
Departemen kesehatan harus mampu sebagai penggerak dan fasilitator pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, untuk membuat rakyat sehat, baik secara fisik, sosial, maupun mental/jiwanya.

D.    TUJUAN DAN STRATEGI
TUJUAN
Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
STRATEGI UTAMA
  1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
  2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
  3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
  4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan

a)      Menggerakkan Dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat
·        Masyarakat harus berperan aktif dalam pembangunan kesehatan
·        Ukbm terus dikembangkan dalam mewujudkan “desa siaga” menuju desa sehat
·        Dalam pengembangan desa siaga perlu melibatkan lsm, utamanya pkk.
·        Ukbm yang mampu memberikan pelayanan kesehatan komprehensif



b)      Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas
·        Depkes (pemerintah) mengutamakan ukm yang dipadukan secara serasi & seimbang dengan ukp
·        Depkes memfasilitasi upaya revitalisasi sistem pelayanan kesehatan dasar
·        Depkes memfasilitasi peningkatan jumlah dan kualitas sdm kesehatan
·        Perlu ditunjang dengan administrasi kesehatan dan peraturan perundang-undangan

Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
1)      Setiap orang miskin mendapat yankes yang bermutu
2)      Setiap bayi, anak, ibu hamil dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit
3)      Di setiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten
4)      Di setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alat kesehatan dasar
5)      Setiap puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya
6)      Pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, puskesmas dan jaringannya memenuhi standar mutu

c)       Meningkatkan Sistem Surveillance, Monitoring Dan Informasi Kesehatan
·        Dilakukan dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pelaporan masalah kesehatan
·        Dalam keadaan darurat kesehatan, depkes melakukan pengerahan anggaran dan tenaga pelaksana dalam investigasi dan respons cepat.
·        Early warning system  dan penunjang kedaruratan kesehatan ditingkatkan.

            Meningkatkan sistem surveillance, monitoring dan informasi kesehatan
1)      Setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat  kepada kepala desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kes terdekat
2)      Setiap KLB dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan dampak kesmas
3)      Semua  sediaan farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat
4)      Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan
5)      Berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh Indonesia





d)      Meningkatkan Pembiayaan Kesehatan
·        Depkes harus melakukan advokasi dan sosialisasi
·        Mengupayakan secara bertahap 15% dari anggaran belanja pemerintah
·        Pengembangan jaminan kesehatan sosial yang dimulai dengan askeskin
·        Mengupayakan fasilitas kesehatan pemerintah dapat mengelola pendapatan dari pelayanan kesehatan

Meningkatkan pembiayaan kesehatan
1.      Pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran pemerintah pusat dan daerah
2.      Anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan
3.      Terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi rakyat miskin

E.     SISTEM KESEHATAN NASIONAL
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam UUD 1945

Subsistem Upaya Kesehatan
         Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
         Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
 (sedang dalam proses untuk penggabungan UKM dan UKP)

UKM
Pemerintah dan peran serta aktif masyarkat dan swasta mencakup: promkes, pemeliharaan kesehatan, p2m, keswa, pengendalian penyakit tidak menular, sanitasi dasar, gizi masy, dll

UKP
Dapat diselenggarakan oleh masyarakat, swasta dan pemerintah mencakup: promkes, pencegahan, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, rehabilitasi

Keduanya saling bersinergi







PRINSIP UMUM PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN
Strata upaya kesehatan dan lingkup yan keperawatan





















 















 

Pelayanan Keperawatan Sebagai Subsistem Pelayanan Kesehatan
         Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem yankes secara keseluruhan
         Proporsi tenaga keperawatan (perawat dan bidan) merupakan proporsi tenaga terbesar (48%)dapat mempengaruhi kinerja rumah sakit dan puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lainnya
         Peran perawat dalam ukp dan ukm
         Peran perawat di semua tatanan pelayanan kesehatan di setiap level rujukan
         Bentuk pelayanan: bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif
         Sasaran klien: individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
         Rentang: sehat-sakit mencakup seluruh proses kehidupan

Kontribusi Perawat
Perawat


 

Kontribusi Dalam
Pelayanan Perawatan Di Semua Tatanan


 


Daya Ungkit   à   Yankes Bermutu

Mutu Pelayanan Keperawatan
Dua faktor yang menentukan mutu pelayanan keperawatan/kesehatan, yaitu:
1.      Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia atau tenaga kesehatan (quality of care)
2.      Penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan tugas (quality of services)

F.      PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
  1. Pelayanan Medik
  2. Pelayanan Keperawatan
  3. Pelayanan Penunjang Medik
     








G.    KEGIATAN PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
Tujuan peningkatan mutu Pelayanan Keperawatan
         Meningkatkan mutu pelayanan & askep
         Menurunkan biaya operasional
         Menjaga mutu pelayanan sesuai standar & peraturan yang berlaku
         Meningkatkan pencatatan & dokumentasi pelayanan & asuhan keperawatan
         Membuat penilaian terhadap penampilan secara rasional
         Meningkatkan tanggung gugat para profesional praktisi
         Meningkatkan image yang positif

Kegiatan Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan

         Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja klinik (PMK) bagi perawat dan bidan di RS dan puskesmas/kepmenkes 836 tahun 2005
         Sp2kp (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional)
         Akreditasi
         Iso 9000

Indikator Mutu Yankep
  1. Patient safety
  2. Kenyamanan
  3. Pengetahuan
  4. Kepuasan pasien
  5. Self care
  6. Kecemasan

Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (Sp2kp)
         Aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik keperawatan
         Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan
        Kepemimpinan & manajemen keperawatan
        Metoda pemberian asuhan keperawatan
        Ketenagaan keperawatan
        Keterampilan spesifik manajemen asuhan keperawatan
         Pengembangan profesional diri








H.    MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Pengorganisasian Askep
Metode:
-         Fungsional
-         Tim
-         Primer
-         Moduler
-         Kasus

Komunikasi kepemimpinan hubungan perawat/klien yanwat:
-         Pengkajian
-         Dx
-         Perencanaan
-         Implementasi
-         Evaluasi


Klasifikasi klien
-         Pelayanan Minimal
-         Pelayanan Mandiri
-         Pelayanan Intensif
-         Pelayanan Ekstensif


KESIMPULAN

         Pelayanan keperawatan diberikan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan di tingkat primer, sekunder, dan tertier
         Pelayanan keperawatan sebagai sistem dipengaruhi oleh input proses dan output
         Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan
         Pelayanan keperawatan berpengaruh dalam pencapaian mutu pelayanan kesehatan
         Pelayanan keperawatan berkontribusi dalam pembangunan kesehatan nasional